Medan termasuk salah satu kota terbaik di Indonesia yang lokasinya ada di provinsi Sumatera Utara. Kota ini punya sejarah tersendiri dan itu berawal dari pra-kolonial, kolonial hingga setelah kemerdekaan.
Hal yang cukup berkesan dari kota itu salah satunya adalah pertempuran Medan Area. Peperangan itu terjadi pada tahun 1945-1946 antara pasukan Sekutu dengan rakyat Indonesia.
Terjadinya peperangan itu karena bentuk perlawanan rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan. Lantas seperti apa latar belakang, kronologi dan dampaknya?Yuk Simak Ulasannya
Latar Belakang Medan Area
Pertempuran yang terjadi di Medan terjadi pada 9 Oktober 1945 oleh pasukan Sekutu ke Sumatera Utara. Pada waktu itu pasukan tersebut dipimpin langsung oleh Brigadir Jenderal Ted Kelly.
Kehadiran brigade itu turut diikuti oleh orang-orang Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Pasukan itu sengaja dipersiapkan untuk diambil alih oleh pemerintah Indonesia.
Kedatangan mereka mula-mula tidak diketahui oleh Pemerintah Indonesia sehingga mereka diperkenankan di beberapa hotel di Medan. Sehari setelah kedatangan itu tim dari Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) mengunjungi kamp-kamp tawanan.
Waktu itu tawanan diletakkan di Saentis, Rantau Prapat, Pulau Brayan dan tempat lain. Kedatangan mereka untuk membebaskan tawanan lalu dikirim ke Medan sesuai persetujuan Gubernur M. Hassan.
Setelah terbebas, para tawanan dibentuk menjadi batalyon KNIL. Hal ini terlihat dari sikap tawanan yang mulai angkuh karena merasa menang di Perang Dunia ke-2. Mendengar adanya hal itu para pemuda langsung membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 12 September 1945 di medan.
Insiden pertempuran itu terjadi karena ada penghuni hotel (bagian dari tawanan) yang menginjak-injak lencana merah-putih. Kejadian tersebut terjadi pada 13 Oktober 1945 di hotel di Jalan Bali.
Kronologi Pertempuran Medan
Untuk awal terjadinya pertempuran seperti yang dijelaskan di bagian awal dimana dimulai sejak insiden yang ada di hotel. Setelah kejadian tersebut pada tanggal 18 Oktober 1945, pihak sekutu mulai mengeluarkan maklumat.
Isi dari maklumat tersebut berupa larangan membawa senjata dan semua perlengkapan senjata harus diserahkan ke sekutu. Lalu pihak sekutu memasang papan bertuliskan “ fixed boundaries Medan Area”. Tulisan itu memiliki makna terkait batas resmi wilayah Medan.
Tulisan itu memicu kemarahan rakyat Sumatera Utara, apalagi tindakan itu dilakukan di beberapa kota di Indonesia. Dengan kejadian tersebut lalu memicu perlawanan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan para pemuda.
Mendengar adanya kejadian itu akhirnya pasukan Inggris dan NICA berusaha menghancurkan kampung TKR di Trepes. Namun usaha itu gagal karena pasukan itu dihadang para pemuda. Diketahui para pemuda berhasil menghancurkan beberapa truk miliki sekutu.
Dampak Pertempuran Medan Area
Dalam pertempuran Medan itu, puncaknya ada di bulan April 1946. Pada bulan tersebut, pihak sekutu mendesak dengan keras pemerintah Indonesia untuk segera keluar dari kota Medan.
Dari desakan tersebut akhirnya divisi TKR dan gubernur berhasil dipindah ke Pematang Siantar. Ini terjadi karena tentara Indonesia benar-benar mengalami kesulitan dari serangan pihak sekutu yang sudah menguasai beberapa wilayah.
Dari kejadian itu akhirnya pada 10 Agustus 1946 diadakan pertemuan yang membahas kekuasaan wilayah. Acara pertemuan itu dilakukan di Tebing Tinggi dan hasilnya berupa pembentukan komando Resimen Laskar Rakyat Medan di Trepes.
Ketika pertemuan usai, pertempuran kembali diteruskan karena pihak sekutu terus melakukan perlawanan. Kejadian tersebut berlangsung terus-menerus hingga tahun 1949.
Dalam pertempuran itu banyak korban jiwa di pihak rakyat Indonesia dan TKR. Karena itu maka pusat pemerintahan dipindah ke Pematang Siantar demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Jadi pertempuran Medan Area ini dimulai ketika sekutu datang untuk membebaskan tawanan. Kemudian tawanan itu bersikap arogan dan menginjak-injak lencana merah putih.
Dari awal tindakan itu akhirnya terjadi kemarahan dan pertempuran antara TKR, rakyat Indonesia melawan NICA. Dalam pertempuran itu, banyak rakyat yang meninggal namun kekuasan kembali diambil alih oleh Indonesia.
Bahkan tindakan ini membuat semangat juang nasionalisme kembali tumbuh. Sebab ada rasa kekompakan untuk mempertahankan kemerdekaan dari serangan para penjajah.