Aceh merupakan daerah di Indonesia dengan budaya yang unik dan terkenal dengan julukannya, yakni Serambi Mekkah. Selain unik, budaya di Aceh juga sangat beragam mulai dari tradisinya sampai Pakaian adat Aceh yang cantik.
Karena keunikan dan kekayaannya itulah, tidak heran jika Aceh menjadi salah satu provinsi wisata yang tidak pernah sepi pengunjung setiap tahunnya.
Tradisi di Aceh
Seperti yang dikatakan tadi bahwa budaya di Aceh ini sangat kaya, hal ini dapat dilihat dari tradisi di Aceh yang sampai sekarang masih dilestarikan dengan baik. Apa saja tradisi tersebut? Simak pembahasannya di bawah.
1. Peusijuek
Tradisi yang pertama adalah tradisi mendoakan semua orang supaya mendapat kebaikan yang biasanya dipimpin oleh pemimpin setempat. Apabila laki-laki, maka dipimpin oleh Teuku, dan untuk kaum perempuan, maka dipimpin oleh Ummi.
Upacara ini masih bertahan sampai sekarang dan biasanya di masyarakat pedesaan, upacara ini masih dilakukan disetiap kegiatan seperti menaburkan benih di sawah, syukuran kendaraan baru, dsb. Sementara di kota biasanya hanya ada di pernikahan saja.
2. Meugang
Apabila di daerah lain memotong daging kurban hanya dilakukan setahun sekali saja ketika Idul Adha, maka di Aceh ada tradisi Meugang atau Makmeugang. Tradisi ini adalah menyembelih hewan kurban sebanyak tiga tahun sekali.
Kegiatan ini dilakukan pada bulan Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Nantinya daging yang sudah dipotong akan dimasak, dan dinikmati bersama-bersama dan dibagikan kepada beberapa orang kurang mampu, dan yatim piatu.
3. Reuhab
Kegiatan adat yang satu ini berkaitan dengan kematian, dan merupakan upaca adat yang kental akan budaya di Nagan Raya yang dilakukan oleh masyarakat Alue Tuho. Reuhab ini dapat dikatakan sebagai kamar sakral yang ditempati ketika ada seseorag yang meninggal dunia.
Selain kamar, Reuhab ini juga dapat bermakna sebagai barang yang ditinggalkan oleh orang yang sudah meninggal dunia. Barang-barang ini nantinya akan disimpan di kamar Reuhab yang sudah disakralkan selama 40 hari.
4. Uroe Tulak Bala
Rabu Aceh atau Uroe Tulak Bala adalah tradisi yang biasanya dilakukan oleh sebagian masyarakat yang ada di pantai barat selatan Aceh secara rutin setiap tahunnya. Ritual ini dilakukan bertujuan untuk menolak bala, dan dilakukan di bulan Safar.
Alasan kenapa dilakukan pada bulan Safar, karena pada bulan ini diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad mulai mengalami sakit, dan tidak lama kemudian meninggal di bulan ketiga di tahun tersebut. Karena itu beberapa masyarakat percaya, kalau Safar adalah bulan yang berbahaya.
5. Kenduri Beureuat
Tradisi yang terakhir ini seperti acara makan-makan bersama, yang dilakukan dengan tujuan untuk memohon berkah pada Allah SWT. Dilakukan pada saat nisfu Sya’ban atau pada tanggal 15 Sya’ban yang merupakan bulan kedelapan Kalender Hijriah.
Acara ini biasanya dilaksanakan setelah sholat Maghrib ataupun Isya, dan nantinya masyarakat akan datang berbondong-bondong ke tempat kenduri. Masyarakat yang datang tersebut tidak datang dengan tangan kosong.
Keseniaan Aceh
Membicarakan budaya di aceh rasanya tidak akan lengkap apabila tidak membahas keseniaannya. Di Aceh, keseniaannya sangat unik dan setiap dipertontonkan pasti akan membuat yang menyaksikan menjadi merinding.
1. Tari Saman
Pertama adalah tari Aceh yang sudah mendunia yakni Tari Saman. Pada tarian ini, jumlah penarinya harus berjumlah ganjil minimal 9 dan biasanya dibawakan oleh laki-laki secara berkelompok dan tarian ini merupakan tarian khas Suku Gayo, yang merupakan suku tertua di Aceh.
Gerakan tarian ini dilakukan dengan gerakan menepuk dada, dan lantai kemudian diiringi gendangan rebana oleh seorang Syeh. Syeh tersebut juga menyanyikan lagu dalam bahasa Gayo, dan para penari juga menggunakan pakaian adat suku Gayo.
2. Ratoh Jaroe
Banyak sekali orang yang suka tertukar antara Ratoh Jaroe dengan Saman. Padahal keduanya memiliki perbedaan. Ratoh sendiri berarti alat musik pukul, atau biasanya juga disamakan dengan Rebana.
Tarian ini dilakukan oleh sekelompok perempuan, dan jumlahnya bebas atau tidak ketentuan. Gerakan tarian ini hampir sama dengan tari Saman, dan sebelumnya tarian ini juga pernah dipertontonkan dalam pembukaan Asian Games di Jakarta tahun 2018 lalu.
3. Didong
Tidak kalah unik dengan yang sebelumnya, kali ini ada Didong yang memiliki arti “nyanyian sambil bekerja”. Keseniaan ini merupakan gabungan dari seni tari, vokal, dan juga sastra daerah.
Nantinya penampil akan duduk secara berbaris ataupun membentuk lingkaran sambil menggerakkan tangannya ke atas, dan ke bawah. Benar, sekilas keseniaan ini memang milik tari Kecak Bali. Nantinya di antara penari akan ada penyanyi yang melantunkan lagu dalam bahasa Aceh Gayo.
4. Tari Likok Pulo
Selanjutnya ada tarian yang sudah berusia lebih dari satu abad, yakni Likok Pulo. Tarian ini sudah ada dari tahun 1849, dan sudah ditampilkan baik di kanca lokal maupun internasional.
Pertunjukkan tari ini ini ditampilkan setelah masa tanam maupun panen padi. Gerakan khasnya yakni tangan, dan kepala yang bergerak secara dinamis seperti layaknya gerakan kincir air dengan diiringi instrument rapai atau alat musik rebana.
5. Rapai Geleng
Kali ini ada keseniaan yang sudah ada sejak tahun 1952 di daerah Gampong Seuneulop. Biasanya tarian ini dibawakan oleh laki-laki sebanyak 10 orang.
Sesuai dengan namanya, tarian ini dilakukan dengan menggerakan kepala yang menggeleng dengan rapai atau rebana yang berpindah dari tangan penari yang satu ke yang lainnya. Di dalam tarian ini tersimpan banyak nilai moral, dan nilai Islami.
Pakaian Adat Aceh
Pembahasan tentang budaya di Aceh yang terakhir adalah pakaian adat Aceh yang ternyata memiliki makna masing-masing, dan sangat khas. Supaya tidak penasaran, berikut ini adalah 6 pakaian adat Aceh dengan maknanya tersendiri.
1. Meukeutop
Penutup kepala pelengkap di pakaian adat Aceh, dan memiliki bentuk lonjong serta dilengkapi dengan lilitan tangkulok. Di Meukeutop terdapat 5 perpaduan warna, yakni merah yang berarti kepalahwanan, kuning kesultanan, hijau agama Islam, hitam ketegasan, dan putih kesucian.
2. Cekak Musang
Baju adat wanita bagian bawah, dengan dilengkapi gulungan sarung sampai sepanjang lutut. Penggunaan bawahan ini tidak hanya dilakukan pada saat tari saman saja, tapi juga di pesta pernikahan dengan warna beragam dan memiliki bahan kain sutra.
3. Baju Meukesah
Pakaian ini memiliki warna dasar hitam, dan terbuat dari bahan tenun sutra. Warna hitam sendiri dikenal dengan simbol kebesaran dari Adat Aceh. Kemudian dipadukan dengan sulaman benang emas dengan bentuk seperti kerah baju dari budaya Tionghoa.
4. Baju Kurung
Ini merupakan pakaian adat Aceh yang banyak digunakan oleh perempuan, dan dibuat dengan menggunakan bahan sutera kemudian ditenun menjadi kain. Baju ini merupakan perpaduan dari budaya Cina, Melayu, dan Islam.
5. Dara Baro
Selanjutnya adalah pakaian adat yang kerap digunakan oleh pengantin wanita. Bentuk dari pakaian ini adalah lengan panjang layaknay baju kurung. Kemeja ini memiliki kerah dan motif sulaman benang emas dengan bentuk seperti pakaian Cina.
6. Aceh Gayo
Terakhir ada pakaian adat Aceh yang masih kental dengan budaya di Aceh, dan belum mengalami perubahan modern. Pakaian adat ini banyak digunakan oleh suku Gayo dan sampai sekarang masih bertahan.
Bagaimana, semua budaya di Aceh yang disebutkan di atas dari mulai tradisi sampai pakaian adatnya sangat unik dan memiliki makna tersendiri bukan? Karenanya, tidak heran jika Aceh dikenal akan kekayaan budayanya.